MEMAKNAI HARI AIR DUNIA (HAD) TAHUN 2017

Oleh:

Dr. Mislan, M.Si

KK-IAB FMIPA Universitas Mulawarman/Ketua ForDAS Kaltim

(HP 081347011790; Email: airmasadepan@yahoo.co.id)

 

Mengapa Ada Hari Air Dunia?

Setiap orang memiliki tanggal lahir, yang harus selalu dicatat dan diingat diluar kepala karena begitu penting sebagai bagian indentitas pribadi yang melekat. Begitu pentingnya maka banyak orang tiap tahun mengadakan peringatan hari ulang tahun. Tetapi peringatan tidak selalu milik orang, bisa juga soal  pohon, sampah, lingkungan, air, negara, kesetiakawanan nasional, santri, dan sebagainya. Inti makna peringatan adalah menyegarkan diri, memperbaharui diri dan mengingatkan diri terkait target atau resolusi yang ingin dicapai. Ini sangat penting terutama bagi kita yang suka lupa, bagi sebagian masyarakat yang ingatannya pendek.

Di bulan Maret ini,  terdapat 2 hari yang dirayakan yang terkait air, yaitu Hari Mateorologi Dunia/HMD (21 Maret) dan Hari Air Dunia/HAD (22 Maret). Keduanya saling berhubungan, keduanya harus dimaknai dengan baik meskipun peringatannya tidak selalu sama hebohnya. Berdasarkan sejarahnya, HAD diperingati lebih dulu dibandingkan peringatan HMD, dan juga lebih heboh serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat dunia. Tetapi, dengan meningkatnya isu perubahan iklim, perlahan tapi pasti perngatan HMD mulai mendapat tempat yang tinggi di masyarakat.

Air adalah sumber kehidupan. Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air. Jadi kalau manusia ingin sehat maka airnya harus sehat. Untuk memperoleh air yang sehat diperlukan ekosistem air yang sehat. Saat manusia merusak ekosistem air seperti menggunduli hutan, menambang membabi buta, mencemari sungai dan lainnya, sama artinya merusak hidup sendiri atau membunuh kehidupan manusia. Air urusan semua orang, sehingga seluruh manusia wajib menjaga dan merawat air, melestarikan fungsi lingkungan untuk air. Tetapi ironisnya, meskipun manusia mengakui bahwa air adalah sumber kehidupan, tidak semua orang peduli dan mau berjuang mempertahankan air dan lingkungan untuk tetap baik. Bahkan tak jarang ekosistem untuk air dijarah, dirusak dan dihancurkan. Tak dapat disangkal, ratusan bahkan ribuan  sungai semakin rusak, lahan kritis menghebat dan  akhirnya bencana datang bertubi-tubi. Ironisnya saat seperti itu manusia selalu menangis sesenggukan, mengaku sebagai korban dan lupa bahwa menusia adalah merupakan pelaku utama kerusakan.

 

Hari Air Dunia (HAD) diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan ini di umumkan pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil.  Resolusi PBB Nomor 147/1993 tentang pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia ditetapkan setiap tanggal 22 Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993. Hari Air Sedunia atau World Water Day dan sering pula disebut sebagai World Day for Water merupakan hari perayaan yang ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat sedunia (internasional) akan pentingnya air bagi kehidupan serta untuk melindungi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.

Tema HAD 2017

Setiap tahunnya, selalu ada tema khusus dalam memperingati Hari Air Sedunia terdapat tema khusus. Untuk tahun 2017 tema HAD adalah “Water and Wastewater” atau ‘Air dan Air limbah”. Pilihan tema ini didasarkan atas kondisi kualitas air dunia  yang semakin buruk, terutama oleh kinerja pengelolaan air limbah yang belum baik. Sebagaimana kita ketahui,  80 persen air mengalir begitu saja ke sungai, laut dan ke tempat yang lain tanpa melalui proses pengolahan. Hal tersebut berpotensi menjadi air limbah yang terlewatkan begitu saja. Padahal, diwaktu yang sama, ketersediaan air untuk air baku air minum masih sangat terbatas. Air baku tidak sebanding dengan jumlah permintaan dan kebutuhan, seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, data kesehatan dunia memperlihatkan masih banyak anak-anak meninggal dunia akibat buruknya sanitasi dan pencemaran air.

Pencemaran sungai di Indonesia saat ini telah berada di ambang kritis. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015 sebanyak 67,94 persen atau mayoritas air sungai di Indonesia dalam status tercemar berat. Limbah domestik, industri, sampah plastik, peternakan, dan pertanian menjadi faktor utama rusaknya kelestarian sungai ini. Dari sekian banyak sungai yang ada di Indonesia, hanya sekitar 2 persen yang memenuhi baku mutu air. Selain itu, hasil perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) di beberapa sungai di Indonesia umumnya menunjukkan bahwa beban pencemar  yang masuk setiap harinya sudah jauh melebihi daya tampung sungai. Kelebihan beban pencemaran inilah yang berdampak besar terhadap mutu air sungai.

Selain limbah industri, pertanian dan peternakan, limbah domestik memiliki sumbangan yang sangat besar. Limbah domestik itu di antaranya tinja, bekas air cucian dapur dan kamar mandi, termasuk sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Limbah-limbah yang dibuang ke sungai berpengaruh terhadap penurunan kualitas air. Parameter penurunan kualitas air tersebut umumnya berdasarkan kandungan fecal coli, total coliform, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan H2S yang terdapat di dalam air sungai. Limbah tinja berperan dalam meningkatkan kadar fecal coli atau bakteri E coli dalam air. Di kota-kota besar sumur di permukiman penduduk. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat sungai hingga saat ini merupakan sumber utama air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari oleh mayoritas penduduk di Indonesia. Sumber air yang kualitasnya buruk akan mengancam kondisi kesehatan masyarakat maupun makhluk hidup lain yang mengkonsumsi air tersebut.

 

Bersama Mengatasi Air Limbah

Untuk mengatasi pencemaran air sungai yang berasal dari limbah perlu langkah-langkah pengendalian pencemaran. Langkah-langkah itu antara lain mengubah kebiasaan membuang sampah di sungai, memantau kualitas air sungai maupun membangun instalasi pengolahan air limbah rumah tangga (IPAL). Seluruh lapisan masyarakat, terutama pemerintah harus memiliki  inisiatif, komitmen, kebijakan dan penyediaan anggaran yang cukup dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran air sungai. Partisipasi masyarakat sangat penting, oleh karena peran serta dan kemampuan masyarakat harus terus diperkuat dan dikembangkan. Diperlukan pendekatan yang nyata agar masyarakat mau peduli dan terlibat dalam mewujudkan sungai yang bersih dan sehat. Sedangkan untuk dunia industri, dua dekade terakhir gencar melakukan efisiensi penggunaan air. Upaya yang dilakukan meliputi mekanisme Reduse, Reuse, dan Recycle (3R). Seperti , di Bandung sebagai kota yang memiliki populasi ratusan kegiatan industri tekstil, kini telah banyak dilakukan upaya 3R, misalnya air limbah setelah pengolahan IPAL digunakan untuk pencucian dan bukan digunakan kembali untuk pencelupan karena kandungan padatan terlarutnya (konduktifitas) yang relatif tinggi. Teknologi daur ulang ini memiliki peran yang penting dalam upaya efisiensi penggunaan air dan minimalisasi biaya yang dilakukan dari suatu kegiatan/usaha.

Sudah saatnya pemerintah memiliki cetak biru dalam melaksanakan restorasi sungai, termasuk program/kegiatan yang terkait penanganan air limbah. Di Kalimantan Timur terdapat banyak sungai yang kondisinya buruk. Di Samarinda terdapat Sungai Karang Mumus, Sungai Karang Asam Kecil, Sungai Karang Asam Besar, Sungai Palaran dan lainnya yang kondisinya memprihatinkan. Perlu kerja keras dan bahu-membahu untuk menyehatkan kembali sungai-sungai tersebut. Memang tidak bisa sekaligus bersamaan, tetapi dengan aksi nyata, ketekunan dan kesabaran, diyakini sungai-sungai tersebut dapat dipulihkan. Sudah saatnya peran serta komunitas peduli Sungai Karang Mumus seperti  GMSS-SKM dicontoh dan dikembangkan di sungai-sungai yang lain.

Selamat memperingati Hari Air Dunia. Semoga kita bisa menjaga air sebagai sumber kehidupan. Mari kita mulai dengan mengurangi air limbah yang kita buang. Selamatkan air akan menyelamatkan hidup kita dan anak cucu. Sungai yang bersih cermin dari masyarakat yang beradab, sebaliknya  masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai adalah masyarakat yang tidak cerdas.

 

Dr. Mislan, M.Si

Dosen FMIPA UNMUL, Ketua Kelompok Kajian Iklim, Air dan Bencana (KK-IAB) FMIPA UNMUL;                Ketua Forum DAS Kaltim (2015-2020)dan  Sekretaris Tim GNKPA Kaltim.

  1. 081347001790; Email: airmasadepan@yahoo.co.id).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *